STUDI ANALITIS
GERAKAN PERTUMBUHAN GEREJA
BERDASARKAN KITAB
KISAH PARA RASUL
Oleh : Pdt. I Gusti Ngurah Oka,
M.Th.
PENDAHULUAN
Gereja adalah lembaga keempat yang
dibentuk oleh Allah sendiri. Yang pertama adalah keluarga, kedua adalah pemerintahan,
ketiga adalah penetapan bangsa Israel
sebagai umat Allah, dan yang terakhir adalah gereja. Sementara gereja mempunyai berbagai kesamaan ciri dengan
lembaga yang lain, ia adalah unik dalam hal kelahirannya, rencana, misi, dan
tujuannya.[1]
Kata “gereja” berasal
dari kata Yunani “ekklesia” yang
berarti “dipanggil keluar”, yaitu
orang-orang yang dipanggil keluar dari
“kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9), orang-orang yang
telah berbalik “dari kegelapan kepada
terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah (Kis. 26:28). Orang-orang yang
dipanggil keluar memiliki tugas panggilan yaitu sebagai “martyria” (bersaksi yang meliputi pekabaran Injil dan kesaksian
hidup termasuk “setia sampai mati”; sebagai “koinonia”
(persekutuan) dan “diakonia” (pelayanan).
Pendiri, inisiator,
dan Kepala gereja adalah Tuhan Yesus sebagaimana tercatat dalam Injil Matius
16:18 :” Dan Akupun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan” jemaat-Ku”
dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kata “ekklesia”
disini menunjukkan bahwa gereja berdiri di atas pengakuan percaya bahwa
Yesus adalah Anak Allah yang hidup. Gereja dibangun di atas dasar rasul-rasul
dan nabi-nabi, dan Yesus Kristus sendiri menjadi batu penjuru utama.
Allah menginginkan gereja-Nya
bertumbuh secara dinamis, sehat dan utuh.
Dr. Peter Wagner (ahli Pertumbuhan gereja) memberi definisi mengenai Pertumbuhan
gereja secara operasional : “Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang
ada sangkut-pautnya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai
hubungan pribadi dengan Yesus Kristus
kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan gereja yang bertanggung
jawab."[2]
Definisi formal
tentang pertumbuhan gereja yang paling banyak diterima adalah definisi yang
tertulis dalam anggaran dasar North
American Society for Church Growth, yang berbunyi : “Pertumbuhan gereja
adalah suatu bidang studi yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan, perintisan,
pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam
hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk “menjadikan
semua bangsa murid-Nya” (Matius 28:18-20)
Para ahli pertumbuhan
gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip teologi yang abadi
dari firman Allah mengenai perluasan gereja dengan wawasan-wawasan yang
mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas
dilakukan dengan menggunakan sebagai kerangka acuan awal, landasan-landasan
tentang pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh Donald McGavran.
DASAR TEOLOGIS
GEREJA DAN PERTUMBUHAN GEREJA
Pertumbuhan gereja
merupakan tema utama dalam Kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini sering dibaca dan
di mengerti sebagai kisah tentang sejarah gereja mula-mula. Kitab ini bahkan
sering dijadikan acuan dan model jemaat atau gereja yang ideal, yang penuh
dengan kisah-kisah menakjubkan tentang bagaimana jemaat dengan pimpinan para
rasul bergumul menghadapi berbagai tantangan terhadap gereja yang baru
bertumbuh, baik tantangan yang berasal dari luar maupun dari dalam. Kisah-kisah
kepahlawanan para rasul dan martir, mujizat-mujizat yang mencengangkan, gairah
kehidupan rohani jemaat, dan sederetan hal-hal yang indah tentang gereja
dibeberkan secara indah oleh dokter Lukas, menjadikan Kisah Para Rasul bagaikan
impian sekaligus cermin gereja masa kini dalam mengukur pertumbuhannya.
Para ahli pertumbuhan
gereja dan ahli teologia sepakat bahwa Kitab Kisah Para Rasul merupakan buku
sejarah pertumbuhan gereja. Dalam Kitab Kisah Para Rasul secara jelas dicatat
dan diuraikan mengenai pertumbuhan gereja yang sifatnya ke dalam dan keluar, pertumbuhan
gereja secara kualitas maupun kuantitas, pertumbuhan gereja secara ekstensif
maupun intensif.
Di dalam Kitab Kisah
Para Rasul terdapat beberapa catatan serta informasi mengenai dasar-dasar teologis
tentang pertumbuhan gereja yang perlu kita pahami antara lain:
A. PERTUMBUHAN GEREJA ADALAH PEKERJAAN ALLAH TRITUNGGAL
Allah Bapa merencanakan dan membentuk gereja
di kekekalan masa lampau, Allah Anak menebus dan menyucikan gereja dalam
kematian dan kebangkitan-Nya, sedangkan Allah Roh Kudus memeteraikan dan
menguatkan gereja (Ef.1:4-13). Peranan Bapa dan Anak telah selesai, saat ini
tinggal peranan Roh Kudus dalam penyelesaian program Allah. Pribadi Roh Kudus
merupakan dinamika sentral dalam pertumbuhan gereja mula-mula sampai pada masa
kini. Roh Kudus berfungsi menyelamatkan dan menempatkan seseorang dalam tubuh
Kristus dengan jalan : meyakinkan orang berdosa (kotbah Petrus meyakinkan dan
membuat pendengarnya terharu - Kis.2:37), melahirkan kembali (lahir baru) orang
yang percaya, mendiami orang percaya, membaptiskan mereka ke dalam Tubuh
Kristus (Kis. 2:41), dan memeteraikan mereka sebagai umat tebusan. Roh Kudus
juga berfungsi memenuhi orang-orang percaya dan memakai mereka bagi
pengembangan mandat Ilahi yang dipercayakan kepada mereka seperti yang
dilakukan Petrus dan Yohanes dengan menumpangkan tangan mereka kepada
orang-orang Samaria sehingga mereka dipenuhi Roh Kudus (Kis. 8:14-17). Ia juga
mengurapi orang percaya agar mampu memahami Firman Tuhan, mengajar mereka dan
mendoakan orang-orang percaya.
Roh Kudus merupakan pribadi yang
dinamis dan sentral dalam Kitab Kisah Para Rasul, yang oleh para teolog masa
kini dijuluki “Buku Sejarah Pertumbuhan Gereja”
dan seringkali disebut juga “Buku Sejarah
Pekerjaan Roh Kudus”, atau “Buku
Sejarah Penginjilan Dunia”. Peranan Kuasa
Roh Kudus dalam Pertumbuhan Gereja nampak di dalam aspek berikut ini : PERTAMA,
Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kis. 1:8; 2:4) untuk pemberitaan Injil,
sehingga semua orang Kristen dapat bersaksi dengan penuh keberanian, hikmat dan
kuasa. KEDUA, Roh Kudus menyiapkan orang untuk mendengar Injil (Kis. 2:5),
sehingga ada kepastian bahwa setiap orang yang dicapai oleh Injil mengalami
pembebasan dari Allah. KETIGA, Roh Kudus menuntun pemberitaan Injil, sehingga
ada respon (Kis. 2:6-12), yang terlihat dengan adanya orang percaya baru yang
datang kepada Allah dan melibatkan diri ke dalam jemaat setempat.[3]
Roh Kudus juga berperan dalam
melahirkan gereja pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-41); memelihara gereja dengan
menyiapkan orang-orang cakap dan yang dibutuhkan untuk membimbing, membesarkan
dan memelihara gereja (Kis. 20:28); memimpin gereja dalam usaha mengadakan
penginjilan dalam skala besar (Kis. 13:1-4); memberi nasehat kepada gereja
mengenai soal-soal yang sulit (Kis. 15:28); menopang gereja dalam menghadapi
segala penderitaan dan penganiayaan (Kis. 4:23-31).
Roh Kudus adalah utusan Allah untuk
memperkenalkan, mengawasi atau mengendalikan, memberikan kemampuan, dan
mewujudkan tujuan Allah dalam program mendirikan gereja. Dia adalah Parakletos,
pemimpin, pelaksana dan yang mewujudkan rencana tersebut. Pada hari Pentakosta,
Roh Kudus menciptakan sebuah badan bagi Dia sendiri, yaitu Gereja Yesus
Kristus. Dia berdiam dalam gereja itu, dan Dia bekerja di dunia melalui gereja
untuk maksud penyelamatan. Gereja adalah wakil utama dari Parakletos untuk
melaksanakan dan menggenapkan tujuan Allah.[4]
B.
GEREJA ADALAH TUBUH KRISTUS
Gereja adalah
tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Kristus, Kepala Gereja, memilih anggota-anggota
tubuh-Nya dan setiap bagian itu memiliki arti penting yang sama (1 Kor.
12:12-26). Sama seperti tubuh manusia,
setiap bagian mempunyai fungsi yang berbeda (Efesus 4; Roma 12; 1 Kor. 12-14)
Dalam gereja mula-mula, setiap orang percaya bertugas sebagai tubuh Kristus
dengan menggunakan karunia rohani mereka saat mereka berhubungan dengan yang
lain. Allah menganugerahkan karunia-Nya sehingga anggota tubuh dapat memakainya
bagi kesejahteraan dan kemajuan seluruh tubuh itu.
Bagaimana setiap
orang dapat terlibat? Bersamaan dengan pertemuan-pertemuan mereka (Kis. 2:46a),
mereka juga memecahkan roti di rumah-rumah mereka, dan makan bersama dengan
sukacita dan hati yang sungguh-sungguh (Kis. 2:46b). Hidup berkaitan erat
dengan tumbuh. Salah satu gambaran utama tentang gereja dalam Perjanjian Baru
adalah ”Tubuh Kristus” (Roma 12:4; Kolose 1:18). Tubuh Kristus menjelaskan
tentang ”organisme” bukan benda mati (gedung gereja) atau kumpulan orang
semata. Tubuh sebagai organisme perlu dipergaharui terus-menerus dan sel-sel
tubuh harus bertumbuh, jika tidak ia akan sakit, menua, dan mati.
Kata ”koinonia”
(persekutuan) sendiri dalam definisi gereja sebagai ”persekutuan orang
percaya”, tidak menyiratkan stagnasi (macet) atau pun mati. Persekutuan
menjelaskan satu aliran komunikasi, saling membagi (sharring in common, 1 Kor.
10:16), saling memberi kontribusi (Roma 15:26; 2 Kor. 8:4), ada gerak dan ada
dinamika.
Berkouwer
mengatakan bahwa hubungan diri Kristus dan jati diri gereja, yaitu diri Kristus
(atau tubuh-Nya) dapat lebih murni dipahami hanya dalam semua relasi dan aspek
jati diri gereja. Berdasarkan keintiman hubungan diri Kristus dengan tubuh-Nya
(gereja), maka terdapat tiga pemahaman utama yaitu, Kepala, Tubuh dan Anggota.
PERTAMA, Tentang Kepala Gereja. Kristus adalah
Kepala Gereja (Efesus 4:15). Kata ”kepala” berarti sumber otoritas dan dasar
kreativitas, terutama Raja, Pre-eksistensi dan Dasar. Dalam hal ini, pemahaman
Kristus adalah Kepala Gereja berarti menekankan keutamaan Kristus, sumber otoritas,
Raja, dasar dan kepemimpinan Kristus. Peranan Kepala Gereja sangat menentukan
eksistensi gereja dan kehidupan seluruh komunitas anggota gereja. Ia adalah
Kepala di mana melalui, oleh, dan kepada Dia mengalir kehidupan kepada
tubuh-Nya. Dia menciptakan dan memelihara gereja-Nya. Gereja mendapat
pengampunan dosa dan anugerah hanya di dalam Dia. Ia memanifestasikan
bijaksana, kuasa dan otoritas, kasih dan keadilan, iman dan pengetahuan serta
segala kekayaan dalam gereja.
R.B. Kuiper
mengatakan bahwa Kristus memerintah gereja-Nya melalui Firman dan Roh-Nya[5]. Kristus menambahkan jumlah
anggota gereja melalui anugerah-Nya yang tak bersyarat dari karya Roh Kudus,
yakni melalui panggilan yang efektif dengan Firman-Nya yang berotoritas.
Pertumbuhan gereja adalah pertumbuhan Firman Tuhan. Gereja yang bertumbuh bukan
hanya mengabarkan Firman yang sejati, melainkan juga mengaktualisasikan atau
mentaati Firman Tuhan, baik dalam menjalankan konteks mandat budaya maupun
mandat Injil. Pertanyaan mendasar adalah apakah kehendak Kepala Gereja atas
Gereja-Nya? Bagaimana bekerjasama dengan Allah untuk mewujudkan penguasaan
secara menyeluruh dalam setiap sendi kehidupan gereja?
KEDUA, Mengenai Tubuh Kristus. Apakah arti dari
Tubuh Kristus? Tubuh Kristus adalah komunitas orang kudus. Dalam Kristus,
komunitas ini telah dipisahkan dari kematian tubuh dalam dosa kepada tubuh yang
hidup berdasarkan kuasa Roh Kudus (Roma 7:24). Orang percaya telah mati bagi
hukum Taurat melalui tubuh Kristus dan kematian-Nya, dan hidup dalam anugerah Tuhan.
Kini komunitas ini telah hidup baru dalam kebangkitan-Nya, di mana mereka telah
serupa dengan kematian-Nya melalui baptisan dalam kematian-Nya (Rom 6:3). Jadi,
eksistensi tubuh Kristus tidak dapat dilepaskan dari pribadi dan karya Kristus
di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Partisipasi
dalam tubuh Kristus berarti partisipasi baik dalam kematian-Nya maupun dalam
kebangkitan-Nya. Melalui peristiwa penyelamatan ini, manusia memiliki jaminan
berdasarkan karunia Roh Kudus dalam hatinya dan kuasa untuk hidup bagi Kristus.
Tubuh Kristus
secara organik bertumbuh ke arah Kristus. Tubuh Kristus bertumbuh tatkala
firman Tuhan dibiarkan berkuasa secara leluasa. Tubuh mengalami pertumbuhan
tatkala gereja menaati firman Tuhan untuk hidup secara harmonis dengan anggota
yang lain dalam kasih, sukacita, ucapan syukur dan nyanyian rohani (Kolose
3:15-16). Hal ini berarti bahwa seluruh pelayanan, motif, dan usaha gereja
harus diarahkan kepada sasaran dari Kepala. Kehidupan tubuh Kristus secara total
bergantung pada Kepala tubuh. Relasi tubuh Kristus dan kepala tubuh telah
membuat pertumbuhan gereja menjadi unik, rahasia dan dinamis. Dengan demikian,
pergumulan utama dari eksistensi gereja adalah memahami apa yang dikehendaki
oleh Kepala tubuh, bukan apa yang dikehendaki oleh anggota jemaat, meski pun
menganalisa kebutuhan anggota tubuh merupakan hal penting, tetapi bukanlah
suatu hal yang sangat mendasar bagi kehidupan gereja tersebut. Pengenalan tubuh
Kristus terhadap Kepala tubuh bukan merupakan pengetahuan hasil studi terhadap
suatu obyek, melainkan karunia dari atas ke bawah melalui alat anugerah,
misalnya doa dan puasa, merenungkan firman Tuhan, dan refleksi cara kerja Allah
dalam sejarah wahyu.
KETIGA, Tentang Anggota Tubuh. Anggota tubuh
dan tubuh Kristus mempunyai relasi yang erat dengan Kepala karena tubuh-Nya dan
darah-Nya merupakan sumber utama kesatuan gereja. Setiap anggota berbeda satu dengan lainnya, namun mereka berada dalam satu
kesatuan tubuh. Setiap anggota memainkan peranan yang berbeda sesuai dengan
karuni yang diberikan Roh padanya, namun segala karunia tersebut dipakai untuk
melayani Kristus sebagai Kepala dan membangun tubuh Kristus. Anggota tubuh
dalam kehidupan bersama mengenakan pola pikir yang baru. Pola pikir baru yang dimaksud
adalah berorientasi pada mementingkan keutamaan Kepala dan tubuh Kristus
sehingga memungkinkan terjadinya kehidupan harmonis dan bertumbuh secara
maksimal dengan anggota yang lain. Anggota tubuh Kristus harus meninggalkan
sikap egoisme, elitisme, dan autoritarianisme dalam bergereja, karena hal itu
bertentangan dengan natur kehidupan gereja sebagaimana tertulis dalam Filipi
2:1-3. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa hal yang sangat penting dalam
kehidupan anggota gereja adalah saling kebergantungan antara sesama anggota
tubuh, yakni saling membutuhkan, memperhatikan, menghormati dan berempati (1
Kor. 12:21-26)
Berdasarkan
konsep dinamis tentang Kepala, Anggota tubuh, dan Tubuh Kristus, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a.
Gereja adalah
komunitas orang kudus, yang secara total bergantung pada karya Kristus yang
menyelamatkan, yakni melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Ia adalah Kepala
Gereja dan Sumber kehidupan tubuh Kristus, yang melalui-Nya segala kuasa,
pengetahuan dan kasih mengalir ke dalam tubuh-Nya.
b.
Gereja bersatu
melalui saling mengasihi.
c.
Ditinjau dari
sudut pandang eskatologis, gereja secara progresif bertumbuh ke arah Kristus
dalam kasih, iman dan pengetahuan dan hal tersebut akan digenapi dalam Kristus
setelah akhir jaman.
C.
GEREJA DIBANGUN ATAS
DASAR KEBANGKITAN KRISTUS
Gereja dibangun atas
dasar Kristus yang bangkit, yang hidup, yang adalah batu penjuru keberadaan
gereja. Sebagaimana Tuhan itu hidup, demikian juga gereja-Nya, karena “alam
maut tidak akan dapat menguasainya” (Mat.16:18). Hidup berkaitan erat dengan
tumbuh. Salah satu gambaran utama tentang gereja dalam Perjanjian Baru adalah
“Tubuh Kristus” (Roma 12:4; Kol. 1:18). Tubuh Kristus menjelaskan tentang
“organisme” bukan benda mati (gedung gereja) atau kumpulan orang semata. Tubuh
sebagai organisme perlu diperbaharui terus menerus dan sel-sel tubuh harus
bertumbuh, jika tidak ia akan sakit, menua, dan mati.
Kata koinonia
(persekutuan) sendiri dalam definisi gereja sebagai “persekutuan orang percaya”
tidak menyiratkan stagnasi (macet) ataupun mati. Persekutuan menjelaskan satu
aliran komunikasi, saling membagi (sharring in common, 1 Kor. 10:16), saling
memberi kontribusi (Roma 15:26; 2 Kor. 8:4)., ada gerak dan ada dinamika.