Setelah mensurvei Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) di seluruh dunia, kami menemukan setidaknyaada 12 elemen yang ada di dalam setiap gerakan/pelayanan mereka. Ada kemungkinan untuk melakukan Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) tanpa elemen-elemen tersebut, tetapi kami tidak melihat hal itu terjadi. Setiap orang sungguh-sungguh melihat bahwa sebuah Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) perlu memperhatikan keduabelas elemen ini.
1. Doa yang Sungguh-sungguh
Doa merupakan bagian yang sangat penting di dalam setiap gerakan Penanaman Jemaat yang kami amati. Doa merupakan kekuatan dalam kehidupan pribadi para missionaris akan menjadikan teladan bagi jemaat baru dan para pemimpinnya. Dengan menunjukkan dari awal bahwa kekuatan yang dimilikinya bersumber dari doa, misionaris bisa secara efektif memberikan sumber kekuatan yang terbesar dalam melaksanakan tugas yang diembannya tersebut kepada para penerusnya. Pemberian sumber kekuatan ini sangat penting dalam membagikan visi dan semangat kepada para pemimpin Kristen lokal yang baru.
2. Penaburkan Benih Injil secara berkelimpahahan.
Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) tidak akan pernah ada kapabila penginjilan jarang dilakukan atau sama sekali tidak dilakukan. Setiap Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) selalu disertai dengan penaburan benih Injil secara berlimpah-limpah. Kita bisa melihat di sini bagaimana hukum penuaian diterapkan dengan sangat baik “Jika kamu menabur dengan berlimpahan, maka kamu juga akan menuai dengan berlimpahan”. di dalam Gerakan Penanaman Jemaat (CPM), ratusan atau bahkan ribuan individu sedang mendengar kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah pemilik dari hidup mereka. Penaburan kebenaran ini sangat mengandalkan penginjilan melalui Mass media, padahal sesungguhnya hal itu selalu melibatkan penginjilan pribadi dengan menekankan kepada kesaksian yang hidup, kuasa yang mengubahkan dari Injil.
3. Strategi Penanaman Gereja
Dalam setiap Gerakan Penanaman Gereja (CPM), seseorang harus merencanakan sebuah strategi dengan sangat cermat sebelum gerakan ini berjalan. Ada beberapa contoh di mana elemen-elemen yang kontekstual diterapkan, tetapi para misionaris kekurangan baik skill atau visi untuk memimpin Gerakan Penanaman Gereja ini. Tetapi bagaimanapun, sekali elemen-elemen tersebut dipadukan, akibat yang akan didapatkan akan sangat luar biasa.
4. Otoritas AlkitabSekalipun
berada ditengah-tengah kelompok orang-orang yang kurang terpelajar, Alkitab telah menjadi sumber tuntunan bagi doktrin-doktrin, kebijaksanaan gerejawi dan bagi hidup itu sendiri. Ketika Gerakan Penanaman Gereja (CPM) terjadi diantara orang-orang yang tidak memiliki terjemahan Alkitab dalam Bahasa mereka sendiri, sebagian besar dari antara mereka memiliki Alkitab baik secara oral maupun tertulis di dalam bahasa hati mereka. Dalam setiap contoh yang diberikan, Alkitab menyediakan kemudi bagi kehidupan gereja/jemaat dan otoritasnya tidak dapat disangkal atau diragukan.
5. Kepemimpinan Lokal/setempat/pribumi
Para misionaris (luar negeri) yang terlibat di dalam Gerakan Penanaman Gereja (CPM) harus mendisiplin pribadi sebagai mentor para perintis jemaat/gereja dari pada melakukan pekerjaan menanam gereja/jemaat. Sekali saja seorang misionaris telah menetapkan identitasnya sebagai perintis jemaat/gereja atau gembala, akan sulit baginya untuk kembali kepada profilnya yang semula. Hal ini tidak berarti bahwa misionaris tersebut tidak memiliki peranan di dalam penanaman gereja. Berjalan secara berdampingan dengan para perintis gereja/jemaat lokal adalah langkah awal dalam melatih dan menetapkan kepemimpinan/ para pemimpin lokal.
6. Kepemimpinan Kaum Awam
Gerakan Penanaman Gereja (CPM) ini adalah gerakkan kaum awam. Para pemimpin awam ini secara khas bivocational (sukarelawan tak perlu dibayar karena sudah bekerja sendiri untuk mendapat penghidupannya) dan berasal dari profil orang-orang yang tengah dijangkau. Dengan kata lain, jika kelompok orang-orang ini secara mendasar kurang terpelajar, maka pemimpinnya menggambarkan karakteristik tersebut. Jika secara mendasar orang-orang ini adalah pelaut maka demikian juga pemimpinnya. Kepercayaan yang kita berikan terhadap para pemimpin awam, akan meyakinkan lebih banyak orang untuk menjadi perintis jemaat.. Ketergantungan kepada tenaga seminari yang terlatih atau kepada masyarakat yang terpelajar, bahkan para pemimpin gerejawi yang terdidik berarti bahwa pekerjaan Tuhan akan selalu mengalami krisis kepemimpinan.
7. Sel atau Jemaat Rumah Tangga
Bangunan-bangunan
gereja sungguh nampak dalam Gerakan
Penanaman Gereja (CPM). Namun yang terjadi, sebagian besar dari jamaat-jemaat
ini menjadi semakin mengecil, gereja sel yang terdiri dari antara 10-30 anggota
bertemu di rumah-rumah atau ruang-ruang pertokoan. Ada perbedaan antara sel
dengan jemaat rumah tangga.. Dalam
Gereja sel, hubungan antara yang satu dengan yang lain diatur dengan beberapa
struktur jaringan. Sementara jemaat rumah tangga sekilas nampak seperti gereja sel
tetapi mereka secara umum tidak diorganisir oleh otoritas tunggal atau hierarki
kekuasaan tertentu. Kedua tipe gereja tersebut sangat umum di dalam Gerakan
Penanaman Gereja (CPM), dan sering muncul di dalam gerakan yang sama.
8. Jemaat menanam jemaat
Didalam
sebagian besar Gerakan Penanaman Jemaat, biasanya jemaat yang pertama selalu
dirintis oleh para misionaris atau para
perintis jemaat yang terlatih. Dengan maksud yang sama. sebagai gerakan-gerakan
yang memasuki fase atau tahap pelipatgandaan reproduksi, Jemaat-jemaat itu
sendiri mulai menanam atau merintis jemaat-jemaat baru. Supaya hal ini bisa
terjadi, anggota-anggota jemaat harus percaya bahwa reproduksi untuk memulai jemaat
baru itu akan terjadi secara alami tanpa campur tangan atau bantuan dari pihak
luar.
9. Reproduksi yang sangat cepat/pesat
Sebagian
besar perintis-perintis jemaat yang terlibat di dalam Gerakan penanaman Jemaat
(CPM) berpendapat bahwa reproduksi yang pesat sangat vital di dalam gerakan itu
sendiri. Mereka melaporkan bahwa ketika rata-rata reproduksi menurun, maka
Gerakan Penanaman Jemaat akan terombang-ambing. Reproduksi yang sangat pesat
mengkomunikasikan pentingnya iman kepada Kristus. Ketika reproduksi yang pesat
terjadi, kita bisa menjamin bahwa jemaat-jemaat tidak akan dibebani oleh
elemen-elemen yang tidak prinsipiil lainnya dan dengan demikian kaum awam akan
sungguh dikuatkan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Allah ini.
10. Jemaat yang Sehat
Sebagian
besar para ahli bidang pertumbuhan gereja setuju bahwa jemaat yang sehat harus
memenuhi 5 maksud/tujuan jemaat berikut ini: 1) penyembahan, 2)penginjilan dan
mempunyai jiwa misi menjangkau keluar, 3) pengajaran dan pendisiplinan, 4)
pelayanan, 5)persekutuan. di dalam setiap Gerakan Penanaman Jemaat (CPM) kita
mempelajari kelima fungsi utama ini
terbukti ada di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa kelima indikator dari gereja
yang sehat, dan yang terutama misi gereja untuk menjangkau keluar termasuk ke
dalam CPM. Dorongan di dalam orientasi CPM ini memperluas penyebaran Injil
kepada orang-orang di pelosok sekalipun, dan mengalahkan berbagai rintangan
yang telah lama dihadapi oleh para misionaris Barat.
11. Penggabungan secara cepat petobat-petobat baru ke dalam kehidupan dan pelayanan gereja.
Di dalam kebanyakan gerakan-gerakan
penanaman jemaat, baptisan tidak dihambat oleh persyaratan-persyaratan
pemuridan yang panjang. Sebaliknya, biasanya pemuridan mendahului pertobatan
dan berlanjut tanpa batas waktu yang ditentukan. Murid-murid baru diharapkan
menjadi saksi-saksi dan dengan segera memuridkan yang lain, dan bahkan menjadi
penanam-penanam jemaat.
12. Pelatihan yang sejalan dengan pekerjaan untuk kepemimpinan jemaat.
Disadur dari : Materi Training Gerja kristen Injili Nusantara.